Di kamar mungil yang diterangi cahaya lampu temaram, Rahman dan Siti duduk berdua, merasakan keheningan yang sarat akan debaran hati. Hari itu, mereka resmi menjadi pasangan suami istri, dan malam yang dinanti pun tiba—malam pertama mereka berbagi ruang, perasaan, dan harapan.
Siti duduk dengan jemari saling menggenggam, rasa malu tak bisa ia sembunyikan. Rahman mendekat perlahan, takut membuat istrinya merasa canggung. Ia duduk di samping Siti, senyum hangatnya berusaha meredakan kegugupan yang tersirat di wajah sang istri.
“Bagaimana perasaanmu?” tanya Rahman lembut.
Siti hanya mengangguk kecil, lalu berbisik, “Agak gugup...”
Rahman tersenyum dan menyentuh tangannya dengan penuh kasih. “Aku juga,” jawabnya jujur. Kata-katanya sederhana, namun berhasil membuat Siti merasa lebih tenang. Malam itu, mereka tidak terburu-buru—mereka tahu cinta butuh waktu untuk tumbuh sempurna.
Dengan lembut, Rahman mengusap pipi Siti, menghilangkan jarak di antara mereka. "Kita lakukan ini karena cinta," katanya lembut, memastikan istrinya merasa aman dan dicintai. Siti menatapnya dan tersenyum malu, tapi hatinya mulai terbuka, membiarkan suaminya mengenalnya lebih dekat.
Dalam kehangatan malam, mereka membiarkan perasaan saling bicara. Sentuhan lembut Rahman pada Siti bagaikan aliran yang menenangkan, menghapus segala keraguan yang mungkin ada. Siti pun membalas dengan genggaman hangat, menunjukkan bahwa ia siap berbagi cinta dan kebahagiaan dengan suaminya.
Malam itu, mereka saling menemukan. Setiap sentuhan adalah ungkapan cinta, setiap bisikan adalah janji untuk selalu menjaga dan membahagiakan satu sama lain. Di antara tarikan napas yang terasa lega, keduanya tenggelam dalam kenikmatan yang tak hanya memuaskan raga, tetapi juga jiwa. Tidak ada paksaan, tidak ada keraguan—hanya dua hati yang saling memahami dan ingin membahagiakan.
Ketika segalanya berakhir, Rahman memeluk Siti erat, membiarkan istrinya bersandar di dadanya. “Terima kasih sudah percaya padaku,” bisiknya lembut di telinga Siti.
Siti hanya tersenyum malu, lalu menjawab lirih, “Aku senang, Mas.”
Malam pertama mereka menjadi malam yang tak terlupakan—sebuah awal yang penuh cinta, kehangatan, dan kepuasan sebagai pasangan suami istri. Di luar, bulan bersinar terang, seolah menjadi saksi kebahagiaan dua insan yang kini benar-benar menyatu dalam cinta.
Komentar
Posting Komentar